PROBLEMATIKA SYIAH DIJAWATIMUR,DITENGAH MAYORITAS SUNNY
Aqidah Syiah..Sesat...!!! |
Aktifitas Utama Syiah di Jawa Timur
No Kota/daerah
1 Bangil, Pasuruan
- Lembaga/media : Pesantren YAPI/Majalah Islamuna/Pengajian Khusus
- Aktifitas utama : Kaderisasi/Penerbitan Majalah/Indoktrinasi
- Sasaran : Santri/Santri/warga lingkungan YAPI/Habaib dan muhibbin santri
No Kota/daerah
2 Jember
- Lembaga/media : Majlis Taklim yayasan al-Hujjah/Bulletin al-Hujjah/TK
- Aktifitas utama : Pengajian/Penerbitan/pendidikan
- Sasaran : Umum/Mahasiswa/Orang tua/walimurid TK
No Kota/daerah
3 Malang
- Lembaga/media : TK dan SD al-Kautsar / Penerbit buku al-Kautsar /Perumahan / Pengajian
- Aktifitas utama : Pendidikan /Penerbitan /Real estate /Indoktrinasi
- Sasaran : Umum / Mahasiswa/umum / Umum / Khusus santri
Dari tempat penyebaran Syiah di Jawa Timur tersebut (Bangil, Jember dan Malang), terdapat tiga pola perkembangan Syiah. Pertama, Syiah ideologis yang dikembangkan oleh YAPI di Bangil melalui pendidikan Syiah yang lebih terstruktur dengan rapi; kedua, “Su-Si” (Sunni-Syiah) yang muncul akibat kolaborasi dan pemahaman setengah-setengah antara Sunni dan Syiah dari gerakan al-Hujjah di Jember; ketiga, Syiah Simpatisan yang muncul disebabkan ketertarikan gairah akademis dengan buku-buku yang diterbitkan oleh al-Kautsar di Malang.
YAPI di Bangil, Pasuruan
Di Jawa Timur, setidaknya terdapat tiga kantong penyebaran Syiah dengan kekhususan cirinya masing-masing. Tiga tempat itu adalah YAPI (Yayasan Pesantren Islam) yang bertempat di Bangil, Al-Hujjah yang bertempat di Jember, dan Al-Kautsar yang bertempat di Malang.
YAPI didirikan oleh Ustadz Husein bin Abu Bakar al-Habsyi[8] pada tanggal 21 Juni 1976 di Bangil Kabupaten Pasuruan. YAPI yang didirikan di Bangil ini pada mulanya merupakan bagian dari gerakan Syiah yang sudah ada di Bondowoso tahun 1971. YAPI Bangil didirikan oleh Ustadz Husein bin Abu Bakar al-Habsyi seorang, sedangkan YAPI di Bondowoso didirikan oleh tokoh seperti Habib Alwi al-Haddar, Hedra al-Haddar dan Habib Muhammad Saleh al-Muhdar serta beberapa nama lain. Dalam perkembangannya, YAPI Bangil berdiri sendiri dan “terpisah” dengan YAPI yang ada di Bondowoso.
Sebagai lembaga pendidikan, YAPI Bangil aktif mengadakan pengajian, penerbitan majalah dan kegiatan sosial keagamaan seperti peringatan hari besar Islam yang berkaitan dengan kelahiran (wiladah) sampai kematian (syahadah) para Imam Syiah. Hal ini dapat dilihat melalui penerbitan kalender akademik bagi kalangan YAPI sendiri yang memiliki kemiripan dengan kalender yang diterbitkan oleh Kedutaan Besar Iran di Jakarta (ICC).[9] Dalam kalender tersebut tercantum hari peringatan Asyura[10] dan minim (tidak ada) peringatan hari besar lain seperti Isra’ Mi’raj dan Nuzulul Quran.
Selain itu, YAPI juga menerbitkan beberapa buku[11] dan VCD yang berisi ceramah atau keterangan tentang ahlu al-bait atau tentang Syiah. sebagai pegangan bagi kader atau santri mereka untuk menghadapi buku Sunni lain yang banyak beredar di tengah masyarakat. Buku-buku berfaham Syiah ini disandarkan pada rujukan utama berjudul al-Kafi. Hal ini juga terbawa pada aspek kurikulum dimana struktur kurikulum yang diajarkan tidak hanya merujuk pada kitab Syiah tapi juga menggunakan kitab-kitab yang biasa digunakan oleh kelompok Sunni. Namun penggunaan kitab-kitab Sunni ini tidak sebagai bahan utama, namun lebih sebagai perbandingan, atau lebih tepat dijadikan bahan kajian untuk mencari kelemahan pendapat ulama Sunni.
Doktrin utama kitab al-Kafi yang menjadi pegangan di YAPI, khususnya di bab Hujjah, memuat dua kategori penting yang kerap kali menimbulkan kemarahan di kalangan Sunni, yaitu tentang tahrif (perubahan mushaf al-Quran yang sudah umum digunakan mayoritas ulama) dan takfir (pengkafiran para pemuka sahabat Nabi SAW selain Ali bin Abi Thalib.
Selain itu, ungkapan shalawat dan salam Syiah kepada Muhammad SAW berbeda dengan umumnya kelompok Sunni menyampaikan shalawat dan salam. Jika kelompok Sunni menggunakan ungkapan SAW (shallallahu ‘alaihi wasallam)[12], maka bagi kelompok Syiah ungkapan ini berbeda menjadi SAAW (shallahu ‘alaihi wa ‘alaihi wasallam) atau SWW (shallahu ‘alaihi wa ‘alihi wasallam). Untuk pada Imam dan juga Fatimah binti Muhammad SAW, kalangan Syiah tidak menggunakan ungkapan radliyallahu anhu (ra), namun menggunakan alaihissalam (as).[13]
Jenjang pendidikan di YAPI menampilkan wajah pengkaderan Syiah mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai tingkat khusus (takhassus). Bagi santri yang sudah menempuh tingkat takhassus, mereka akan mendapatkan materi seperti akidah, fiqih, sejarah, mantiq (logika), dan filsafat Islam.
Al-Hujjah di Jember
Al-Hujjah adalah sebuah yayasan yang didirikan dan dibina oleh Ustadz Husein al-Habsyi di Jember tahun 1987. Yayasan yang berdiri diatas ½ hectare tanah ini mengelola lembaga pendidikan al-Quran yang dipusatkan di sebuah masjid dan juga memiliki rumah anak yatim. Lembaga ini dikelola oleh murid Ustadz Husein al-Habsyi yang bernama Jamaluddin Asymawi yang berasal dari Madura. Ia pernah mengenyam pendidikan agama di pesantren Sunni, memiliki ketertarikan dengan faham Wahabi, namun akhirnya ia mengkonversi keyakinannya sebagaimana faham Syiah. Hal itu dibuktikan Asymawi dengan pembelajaran yang dilakukannya pada Ustadz Husein al-Habsyi di Bangil dan meneruskan pendalaman ajaran Syiah di Iran pada tahun 1982. Setelah pulang pada tahun 1987, ia diajak Ustadz Husein al-Habsyi mendirikan al-Hujjah. Asymawi meninggal tahun 2002 dan kepemimpinannya diteruskan oleh Lamidi.
Organisasi ini memiliki sebuah majalah yang terbit tahun 1992 sebagai corong penyebar doktrin ajarannya kepada masyarakat yang memuat beberapa rubrik berkaitan dengan kajian keislaman. Majalah ini memuat tulisan yang terkesan “berimbang” dan menjadi jembatan dari Sunni dan Syiah (Su-si) di Jember. Dari sisi Sunni, majalah al-Hujjah terkesan menjadi media dialog antara pemikiran Sunnah dan Syiah secara obyektif ketika meneropong problematika umat yang sedang terjadi. Dari sisi Syiah, majalah ini berguna sebagai media untuk mengimplementasikan konsep taqiyah yang dipraktekkan oleh faham Syiah.
Kolaborasi yang dikembangkan oleh komunitas Syiah dengan doktrin Sunni melalui yayasan al-Hujjah ini menjadi fenomena tersendiri bagi Syiah di Indonesia. Namun, kolaborasi ini juga membawa dampak negatif dimana tidak ada kejelasan sikap yang diterapkan oleh al-Hujjah tentang satu persoalan keagamaan. Standar Sunni diakui, standar Syiah juga diakui, singkatnya al-Hujjah menggunakan double standart dalam menetapkan penjelasan atas persoalan tertentu. Inilah yang kemudian membingungkan warga sekitarnya. Jargon “menghidupkan ukhuwah” menjadi semboyan utama al-Hujjah untuk mampu survival di Jember sebagai basis utama nahdliyyin, namun semboyan ini juga yang kemudian membawa ketidakjelasan identitas ideologi al-Hujjah di mata masyarakat sekitarnya sehingga menyandang predikat organisasi “Su-Si” (Sunni sekaligus Syiah).
Al-Kautsar di Malang
Organisasi ini merupakan bentukan dari Ustadz Husein al-Habsyi yang lebih khusus diperuntukkan bagi kalangan mahasiswa yang tertarik dengan ajaran Syiah di Jawa Timur. Yayasan ini berdomisili secara berpindah-pindah meskipun kini memiliki TK dan SD I daerah Blimbing Malang. Pada awalnya al-Kautsar mengadakan pengajian bagi komunitas Syiah yang ideologis maupun yang blasteran dari Sunni-Syiah, namun al-Kautsar lebih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang menangani penerbitan buku-buku pemikiran Ustadz Husein al-Habsyi seperti buku berjudul “Nabi SAWW Bermuka Manis Tidak Bermuka Masam”; Agar Tidak Terjadi Fitnah”; dan “Sunnah-Syiah dalam Ukhuwah Islamiyah”.
Selain bergerak dalam hal penerbitan, al-Kautsar juga bergerak dalam hal kegiatan bedah buku dan seminar yang dikhususkan untuk membedah karya-karya ilmiah yang diterbitkannya. Al-Kautsar juga mengadakan haul tahunan untuk memperingati wafatnya Ayatullah Khomaini dengan menyewa tempat di beberapa perguruan tinggi terkemuka di Malang. Hal ini ditujukan agar mendapatkan simpati dari kalangan mahasiswa yang haus akan pengetahuan.
Gerakan al-Kautsar lebih banyak diorientasikan dalam bentuk penerbitan dan pengkajian pemikiran Syiah. Dampaknya, terbentuklah kelompok simpatisan terhadap ajaran Syiah, bukan massa ideologis dan militan. Simpatisan yang terbentuk dari gerakan al-Hujjah adalah mereka yang memperhatikan dan meluangkan waktu untuk mencermati doktrin yang ditawarkan oleh buku-buku al-Hujjah yang berkaitan tentang Syiah. Pembacaan terhadap ide-ide dari buku tersebut cukup mewarnai pemikiran pembaca, tanpa harus menghilangkan keyakinan dasarnya terhadap ajaran Islam –Sunni. Simpatisan Syiah seperti ini juga tidak memposisikan kebenaran argumentasi Syiah sebagaimana yang ditawarkan al-Hujjah di atas kebenaran argumentasi kelompok Sunni, namun memposisikan keduanya pada derajat yang sama. Dalam prakteknya, komunitas ini tetap akan banyak dipengaruhi ubudiyah Sunni karena telah memiliki akar yang mapan di tengah masyarakat.
Sumber Asli posting ini : Kaskus Co.id
Tags : OPINI